Bukti Kegagalan Food Estate di Sumut: Kini 80 Persen Lahan Terlantar
- account_circle Redaksi
- calendar_month Jum, 26 Jan 2024

Bukti Kegagalan Food Estate di Sumut: 80 Persen Lahan Kini Terlantar
Sistem kerja koperasi itu, menurut Delima, setiap hasil panen petani bakal dipotong sebesar 40 persen. Skema itu bakal dipakai 10 persen untuk keperluan operasional koperasi, sisanya 30 persen buat modal penanaman berikutnya atau modal bibit. “Parahnya pengelola koperasi bukan petani, tapi orang dari kabupaten, malah orang koperasinya kabur membawa uang simpanan petani,” ungkapnya.
Petani yang menyerahkan seluruh hasil panennya ke koperasi, kata Delima, akhirnya tidak lagi memiliki modal buat menanam. Mereka ini pun kembali ke pertanian awal seperti kopi dan andaliman.
Kegagalan food estate di Sumatera Utara juga diakui oleh Wakil Bupati Humbang Hasundutan, Oloan Paniaran Nababan. Sebelumnya, Oloan mengaku miris dengan klaim keberhasilan proyek food estate atau lumbung pangan oleh pasangan calon presiden-wakil presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Klaim tersebut disampaikan di banyak kesempatan, selain di forum debat calon presiden.
“Kami sebagai wakil bupati miris mendengarkan. Jadi di tempat kami ini ada namanya food estate. Food estate itu seharusnya hanya komoditi kentang, bawang merah, bawang putih, namun sekarang hampir tiga tahun ini tidak dipedulikan,” kata Oloan melalui sambungan telepon dengan Tempo, Selasa, 23 Januari 2024.
Menurut Oloan, mandeknya food estate di wilayahnya tidak terlepas dari minimnya penganggaran, baik dari Kementerian Pertanian maupun dari pemerintah kabupaten. “Bersyukurnya kami sempat dapat pembangunan infrastruktur jalan, kurang lebih sekitar 10 kilometer dari jalan raya,” kata dia.
Kegagalan food estate tidak hanya terjadi di Sumatera Utara. Food estate di Kalimantan Tengah juga gagal. Seperti food estate kebun singkong di Kabupaten Gunung Mas yang dikelola oleh Kementerian Pertahanan di bawah Prabowo Subianto. Ratusan hektare lahan di sana terlantar karena ternyata tanah tidak cocok untuk singkong. Padahal, untuk membuat lahan tersebut pemerintah membabat ratusan hektar hutan. Kini yang tersisa hanya kerusakan lingkungan. Pemukiman warga di desa sekitar lahan kebanjiran setiap musim hujan karena hutan telah rusak.
Belakangan pemerintah mengganti tanaman singkong dengan jagung. Penanaman jagung di sana juga terkesan dipaksakan karena jagung ditanam di dalam polybag, tidak langsung ditanam di tanah. Alhasil, meski jagung bisa tumbuh tapi membutuhkan biaya yang jauh lebih mahal.
Kegagalan food estate juga sempat dipersoalkan oleh pasangan presiden-wakil presiden nomor urut 1 dan 2, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud Md.
Sumber: tempo
- Author: Redaksi