Pilunya Jemaah di Mekah: Tidak Bisa Melihat Ka’bah hingga Terganggu Jiwa
- account_circle Redaksi
- calendar_month Sel, 18 Jun 2024

Pilunya Jemaah di Mekah: Tidak Bisa Melihat Ka’bah hingga Terganggu Jiwa
Jemaah Tak Bisa Melihat Kakbah
Kisah pilu jemaah yang tidak bisa melihat Kakbah jadi salah satu pengalaman spiritual yang kerap terdengar di telinga. Saat mendengar kisah tersebut ada rasa pilu dan iba terhadap jemaah tersebut.
Pasalnya, salah satu alasan ribuan umat Islam ke tanah suci adalah melihat bangunan kubus yang menjadi ‘rumah Allah’. Pengalaman spiritual itu menjadi teguran keras dan pelajaran bagi kita yang belum pergi ke tanah suci untuk selalu berbuat baik.
“Ibu-ibu temen sekamarku pas beres thawaf malah tanya kabah nya mana (emoji menahan tangis) padahal pas thawaf kan mengelilingi kabah”, tulis netizen.
“Tetanggaku juga ada, tpi dia umroh, katanya dia sering menggelapkan uang arisan gtu, saat dia umroh, bibirnya tidak bisa bergerak, dan tdk bsa mlht ka’bah”, imbuh netizen lain.
Jemaah Mengalami Gangguan Jiwa
Islam mengajarkan umatnya untuk tidak mengambil hak atau barang milik orang lain. Sayangnya, nilai-nilai keislaman kerap diabaikan karena melihat sebuah benda tanpa tuan yang memiliki harga mahal. Lantas Allah pun memberikan teguran atas kekeliruan yang dilakukan oleh jemaah itu.
Salah satunya adalah cerita jemaah haji yang mengalami gangguan jiwa akibat mengambil sajadah tanpa pemilik di Masjid Nabawi.
“Bener banget ini. Kakekku waktu umroh nemu sajadah di bawa pulang ke indo nyampe indo malah jadi stres gila,” tulis netizen.
Selain itu, jemaah juga mengambil benda tersebut karena berpikir tidak apa-apa jika diambil karena dianggap tidak berharga.
“Aku dngr cerita dri keluargaku pas umroh satu kelompoknya ada kakek2 iseng bawa pulang jangkrik dri madinah eh gak lama uangnya hilang pas di bus (emoji sedih),” beber warganet.
“wkt ortu haji tmnnya kebawa batu sisa lempar jumroh 2hari sakit, dia baru inget ngebawa batu di suruh buang sm ustnya langsung sembuh dong”, imbuh netizen lainnya.
Sumber: viva
- Author: Redaksi